Jumat, 09 November 2012

Surat Cinta Untuk Hujan.



Dear hujan,

Sejak kecil aku selalu berpikir bahwa hujan itu adalah air mata Tuhan. Jadi kalau lagi hujan berarti Tuhan sedang menangis. Dulu sewaktu aku masih cengeng (sekarang juga masih),  ketika hujan turun aku selalu berlari menuju kasurku, melipat tangan lalu berdoa. Meminta Tuhan untuk berhenti 'menangis' dan mengampuni hal-hal yang menyedihkan hati-Nya. Dulu aku takut dengan hujan. Namun setelah aku tau bahwa hujan itu bukan air mata Tuhan, aku mulai menyukainya.

Aku suka minum susu cokelat panas ketika hujan. Atau makan pop mie hangat di atas kasur. Dulu dirumah yang lama, aku suka duduk dekat jendela melihat air yang membanjiri jalanan. Apa langit gak kekurangan air? Aku juga suka membuat suatu skenario saat hujan. Yang romantis tentunya. Aku suka yang berbau romantis sejak kecil. Just for your information. Mungkin karena aku terlalu banyak nonton film Disney. Saat Belle dan si Beast bermain salju dan belajar membaca bersama, atau waktu Ariel menyisir rambut nya dengan garpu di depan pangeran.

Entah mengapa aku seperti mempunyai ikatan batin dengan hujan. Setiap kali hujan turun, aku merasa lebih alive. Kadang juga aku merasa rindu akan seseorang. Ah jangan bilang siapa-siapa ya.

Ngomong-ngomong,

Kenapa sekarang hujan selalu disamakan dengan galau? Kenapa ketika hujan harus galau?

Aku suka hujan, tapi bukan berarti aku galau. Hujan itu sama sekali tidak ada hubungan nya dengan menangis.

Pernahkah kalian berpikir kalau--mungkin--Tuhan menciptakan hujan untuk menghibur kita? Mungkin, hujan itu ada bukan untuk menambah tangisan kita, tapi untuk menghapus segala sakit di jiwa? Udara selalu segar sehabis hujan. Pelangi selalu muncul setelah hujan.

Eh, barusan itu galau yah?

Ah. Biarlah. 



Tidak ada komentar :

Posting Komentar