Jumat, 18 April 2014

Tempat Yang Terasingkan

Aku masih di sini. Di tempat terjauh dari hatimu. Tempat  menyimpan rindu – rindu yang tidak terungkapkan.
Aku masih di sini. Di tempat yang menampung luka – luka yang berserakan. Tempat jatuhnya ribuan tetes air mata.
Aku masih di sini. Di tempat yang bahkan engkau enggan untuk sekedar menoleh. Melihat semua penderitaan dan menyaksikan beribu kepiluan yang mendalam.

Aku masih di sini. Di tempat yang tak mungkin engkau temukan. Mengamati engkau dari kejauhan.
Aku masih di sini. Di tempat yang bahkan sebelah mata saja kau tak pandang. Memperhatikan tanpa ada yang terlewatkan.
Aku masih di sini. Di tempat yang hanya aku punya kuncinya. Merekam semua yang kau katakan.
Aku masih di sini. Di tempat dimana aku mencoba mengabadikan senyuman – senyuman. Mencoba menghapus peluh yang terkadang datang.

Aku masih disini. Mencoba berharap agar kau sadar, bahwa ada seorang yang selalu meninggikanmu dalam segala hal.

Aku masih di sini. Di tempat yang selalu kau abaikan. Di balik senyuman yang kutegar – tegarkan.
Aku masih di sini. Di tempat reruntuhan hati. Di balik air mata yang selalu kusembunyikan.
Aku masih di sini. Di tempat pusat titik kejenuhan. Di ujung pangkal kekecewaan.
Aku masih disini. Di dasar kubur air mata. Di antara puing – puing harapan.
  
Semoga ini bukanlah batas akhir dari penantian. Karena layaknya sebuah penantian tidak akan pernah berakhir.

Aku masih di sini. Di tempat bermimpi yang tak berkesudahan. Mencoba berlari tapi tetap bertahan. Mencoba melupakan namun kutahu tak semudah membalikkan telapak tangan.
Ah, semoga ini hanyalah sebuah mimpi yang panjang.

Kini biarkan aku terbangun dan jangan pernah paksa aku untuk sekedar menoleh tempat yang terasingkan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar