Minggu, 09 Maret 2014

Kalau

Kamu paling suka bermain ‘Kalau’.

Gantungkan nasib pada hal lain agar kita sendiri tak terbebani, itu ide utamanya, bukan? Sudah banyak kalau-kalau yang keluar dari khayalmu. Kalau-kalau yang membuatku terkatung di ruang tanpa dasar.

Kalau lampu merah itu jadi hijau dalam 3 detik, aku akan jadi pacar kamu!
Kalau keretanya lewat dari kanan, kamu dan aku berjodoh!
Kalau kucing itu belok kanan, kita akan jadi teman seumur hidup!
Kalau koin ini menujukkan angka, maka kita…berjodoh.

Kamu dan kalaumu.
Aku dan pastiku.

Oke. Begini saja. Kalau kau menang suit dariku, kau ikut aku ke Bali.

Maka aku menang dengan tiga gunting berturut-turut. Maka kita terbang ke Denpasar. Maka kita basah di laut yang sama, tidur di angin yang sama, dan kenyang dengan roti yang sama.
Setiap kalau itu keluar dari mulutmu, jantungku melambat setengah ketukan. Nasibku digantung di tali itu. Tali kalau.

Kalau besok masih ada hari, kita akan bersama lagi!
Kalau aku tidur nanti, aku ingin mimpikan kamu!
Kalau tidak ada matahari, aku masih punya kamu untuk menyinari duniaku!

Kenapa kamu begitu tenggelam dalam laut kalau? Bukannya kalau telah membunuh perasaanmu sendiri? Kalau, kalau kalau, ka, lau, kal, au, kalau kalau kalau.
Kal.au, Gal.au.
AH! Tidak tidak.

Kita mendengar cerita bahwa Adam hidup bersama Hawa karena mereka berbagi tulang rusuk. Tuhan menciptakan mereka tanpa kalau.

Lalu kamu bilang,

Kalau Hawa tidak makan buah dari pohon itu apa yang akan terjadi?
Kalau Tuhan tidak menciptakan Hawa apa yang akan terjadi?

Ah, aku mana punya jawaban untuk itu.

Aku selalu hidup dengan kepastian dan keyakinanku.

Aku yakin akan dirimu, tapi mengapa kamu ragu?

Lalu kamu bertanya untuk terakhir kali,

Kalau Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk apa yang akan terjadi?

Lalu jawabku,

Aku yakin perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dengan hati agar disayang. Perempuan tidak diciptakan dari tulang kaki agar tidak diinjak injak.

Kamu memejamkan mata dan bilang,

Kalau aku pergi dan kembali lagi, maka sambutlah aku
Tetapi kalau aku tidak kembali, relakan saja.

Tidak!
Bagaimana kalau kamu tidak kembali?
Bagaimana kalau kamu hanya pergi begitu saja?

Ah, puas kah kau sekarang VIRUS KALAUMU SUDAH MULAI TERTANAM DAN BERKEMBANG dalam diriku!

Aku hanya ingin memusnahkan keraguan, aku hanya ingin kau dan aku memiliki asa dalam kepastian.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar