Aku
menyimpan hatiku sebelum menemuimu. Agar ketika melihatmu lagi, aku tidak
mengingat masa lalu.
Aku
mempersiapkan diriku sebelum menemuimu. Agar ketika melihatmu lagi, aku tidak
terjatuh di ruang lalu.
Aku
membenahi hatiku sebelum menemuimu. Agar ketika melihatmu lagi, aku tidak akan
meragu.
Aku berkaca
diri sebelum menemuimu. Agar ketika melihatmu lagi, aku tidak menangisi
hari-hari dulu.
Mungkin
suatu hari kalau kita bertemu lagi, kita akan saling bercerita betapa
bahagianya kita dulu, dimana kamu selalu menjadi tujuan favorit bagi ingatanku.
Dimana kamu menjadi tempatku menitipkan hati. Bagaimana kita menikmati
perbincangan yang tak berujung dan tertawa lepas tanpa khawatir tentang
perpisahan. Tapi sebuah cerita selalu punya akhir, bukan?
Aku tahu,
kadang-kadang hidup itu tidak adil, menurut kita. Tapi Tuhan selalu punya
rencana-Nya sendiri dan betapa Tuhan selalu bersikap adil kepada manusia.
Seharusnya,
aku bisa menemanimu sekarang, menjaga bahagimu dan bahagiaku. Menerima bagian
kesedihanmu untuk ku daur ulang menjadi hati yang baru.
Seharusnya
kita bahagia, atau bisa dibilang, aku yang akan menjadi yang paling bahagia
diantara kita berdua.
Tapi aku
sudah menyiapkan hatiku untuk tidak lagi terjebak di relung waktu.
Aku pernah
berencana mencintaimu dan menjaga bahagiamu. Tapi, menurut Tuhan aku lebih baik
mencari jalan yang berbeda. Karena itulah Tuhan memutuskan untuk membagi
kebahagiaan kita kepada orang lain secara adil dengan cara tidak menjadikan
kita bersama.
Untuk saat
ini mari hanya bertatap muka dan mengingat saja. Kamu tidak perlu tahu kalau aku tetap berdoa
untukmu, bukan?
Mungkin,
hati kita diselimuti rindu tetapi kita tidak dapat melakukan apa-apa. Kita akan
hanya saling memangdang dan berpelukan melalui tatapan. Merasakan perihnya
pertanyaan yang seketika hadir, “kenapa kita tidak bersama?”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar