Aku
masih di sini. Di tempat terjauh dari hatimu. Tempat menyimpan rindu –
rindu yang tidak terungkapkan.
Aku
masih di sini. Di tempat yang menampung luka – luka yang berserakan. Tempat
jatuhnya ribuan tetes air mata.
Aku
masih di sini. Di tempat yang bahkan engkau enggan untuk sekedar menoleh.
Melihat semua penderitaan dan menyaksikan beribu kepiluan yang mendalam.
Aku
masih di sini. Di tempat yang tak mungkin engkau temukan. Mengamati engkau dari
kejauhan.
Aku
masih di sini. Di tempat yang bahkan sebelah mata saja kau tak pandang. Memperhatikan
tanpa ada yang terlewatkan.
Aku
masih di sini. Di tempat yang hanya aku punya kuncinya. Merekam semua yang kau
katakan.
Aku
masih di sini. Di tempat dimana aku mencoba mengabadikan senyuman – senyuman.
Mencoba menghapus peluh yang terkadang datang.
Aku
masih disini. Mencoba berharap agar kau sadar, bahwa ada seorang yang selalu
meninggikanmu dalam segala hal.
Aku
masih di sini. Di tempat yang selalu kau abaikan. Di balik senyuman yang
kutegar – tegarkan.
Aku
masih di sini. Di tempat reruntuhan hati. Di balik air mata yang selalu
kusembunyikan.
Aku
masih di sini. Di tempat pusat titik kejenuhan. Di ujung pangkal kekecewaan.
Aku
masih disini. Di dasar kubur air mata. Di antara puing – puing harapan.
Semoga
ini bukanlah batas akhir dari penantian. Karena layaknya sebuah penantian tidak
akan pernah berakhir.
Aku
masih di sini. Di tempat bermimpi yang tak berkesudahan. Mencoba berlari tapi
tetap bertahan. Mencoba melupakan namun kutahu tak semudah membalikkan telapak
tangan.
Ah,
semoga ini hanyalah sebuah mimpi yang panjang.
Kini
biarkan aku terbangun dan jangan pernah paksa aku untuk sekedar menoleh tempat
yang terasingkan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar